Sumber gambar: blogkrizeer.blogspot.com |
Sampai saat ini, bagi kebanyakan orang UN dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan siswa. Siswa dinyatakan pandai atau tidak, tergantung seberapa besar nominal yang terdapat pada hasil UN dia. Karenanya beberapa siswa berusaha keras untuk memperolehnya, mulai dari belajar dengan giat, mendatangkan berbagai guru les,
mengikuti tambahan pelajaran. Adapula yang berusaha mendapatkan soal atau kunci jawabannya dengan jalan membayar sejumlah uang. Bahkan ada siswa yang diduga mengakhiri hidupnya karena merasa tidak dapat mengerjakan soal UN dengan baik. Selain siswa, keresahan dan ketakutan UN juga melanda pihak sekolah. Hampir di setiap sekolah kita temui program tambahan pelajaran atau meringkas jam pelajaran selain UN untuk ditambahkan ke pelajaran UN. Parahnya, bebrapa sekolah terbukti melakukan pelanggaran UN dengan melakukan transaksi soal UN sebelum UN berlangsung. Sebenarnya, apa sebenarnya hal yang paling esensi dari UN.
UN sebagai suatu tes penentu sebenarnya tidak sebatas hanya penentu keberhasilan akademik siswa. Lebih jauh dari itu, UN adalah suatu ujian akhlaq untuk siswa. Secara implisit, didalam UN terkadang kompetensi dasar yang sifatnya mendalam, yakni kejujuran, kerja keras, dan doa sebagai bentuk tawakkal. Ketiga elemen tersebut merupakan unsur inti dalam pendidikan. Karena dalam pendidikan hal yang sangat diutamakan adalah perubahan tingkah laku yang baik dari siswa. Bisa kita bayangkan apa selanjutnya yang akan terjadi jika kita selalu menekankan kepada siswa bahwa nilai angka adalah segala-galanya, maka yang akan terjadi adalah pola pikir instant dan pragmatis. Sehingga tidak masalah menghalalkan segala cara yang penting semuanya dapat tercapai.
Berdasarkan pemaparan penulis diatas, bukan berarti penulis menganggap UN adalah suatu hal yang tidak perlu. UN tetaplah penting sebagai penentu tolak ukur pendidikan, namun kita tetap tidak boleh mengesampingkan maksud yang utama dari UN dilaksanakan, yakni ujian akhlaq yang diberikan kepada siswa setelah sekian lama menempuh pendidikan di jenjana pendidikan. Kita sebagai guru, perlu menanamkan rasa kebanggan kepada mereka dengan cara menanamkan kejujuran, kerja keras, dan ikhtiyar.
No comments:
Post a Comment