Minggu kemarin, tepatnya pada tanggal 29 Januari 2017 saya bersama-sama dengan sembilan orang siswa saya melakukan perjalanan ke kota bersejarah Kota Mojokerto. Kami kesana dalam rangka menghadiri final lomba mata pelajaran yang diadakan oleh SMA Negeri yang terkenal di Mojokerto. Kami sampai masuk di wilayah Kota Mojokerto pada pukul 07.30 dan kami memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu mengingat kami belum sarapan. Awalnya kami berencana untuk untuk membeli nasi pecel, sebuah makanan yang simple dan banya kita jumpai ketika pagi hari karena memang sangat cocok dimakan waktu pagi. Ketika mobil yang kita tumpangi berhenti di depan penjual soto, maka kami memutuskan untuk memutuskan untuk membeli 12 mangkok soto saja. Ketika mendengar kami memesan 12 mangkok soto, ibu penjual soto paruh baya tersebut senang sekali, mengingat belum ada seorangpun pembeli waktu itu. Setelah nasi soto ayam siap, kamipun memakannya dengan lahapnya. Setelah kenyang dan siap menuju tempat "pertempuran" saya membayar seluruh makanan yang dipesan dan ibu tersebut terlihat senang sekali. Dia juga mendoakan kami menjadi juara lombanya, spontan kamipun mengamininya.
Jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi ketika kami memasuki gerbang sekolah. Kamipun bergegas mencari ruangan dimana final lomba dilaksanakan. Tidak lama kemudian, seorang panitia lomba yang melihat kami menghampiri. Dengan sopan dia menanyakan apakah siswa siswa saya adalah peserta lomba. Setelah beliau tahu bahwa siswa saya adalah peserta final lomba mapel, mereka kemudian bergegas menunjukkan dimana lokasi finalnya. Setelah semua registrasi selesai dan siswa memasuki ruangannya masing-masing, saya menunggu seraya mengobrol dengan pembina peserta dari sekolah lain yang juga mengantarkan siswanya lomba.
Ketika saya sik mengobrol dengan pembina dari sekolah lain, seorang siswa saya menghampiri saya. Dia mengatakan bahwa termos yang digunakan untuk presentasi lupa dibawa. Mendengar hal tersebut saya langsung bergegas menuju mobil yang kami tumpangi untuk mengambil termos tersebut. Namun sayang, mobil tersebut tidak saya jumpai karena sesaat setelah kami turun dari mobil sang sopir pamit kepada saya untuk mengecek aki di bengkel terdekat. Kemudian saya berinisiatif untuk mencari air panas di tempat terdekat. Setelah berjalan kira-kira 300 meter akhirnya saya menemukan toko yang menjual minuman. Langsung saya mengatakan untuk membeli air panasnya. Mendengarnya ibu penjual tersebut langsung menyalakan kompor dan memasak air. Setelah membayar, saya langsung meninggalkan toko tersebut sambil membawa termos yang berisi air panas.
Ketika saya hendak menuju sekolah tempat lomba mapel, terlihat seorang laki-laki tua berkata kepada saya. Merasa dipanggil, sayapun menghampirinya. Beliau mengatakan bahwa sedang dalam perjalanan pulang ke Blitar, namun tidak mempunyai uang untuk kembali. Dengan suara lirih beliau meminta seikhlasnya uang untuk dia melanjutkan perjalanan. Sejenak sayapun diam, kemudian saya mengeluarkan selembar uang kertas berwarna biru dan menyerahkan kepada bapak tua tersebut. Sang bapak terlihat sekali dan berterima kasih kepada saya. Sebelum saya meninggalkan bapak tersebut, sebuah doa keluar dari mulutnya, " nak, tak dungakno lancar".
Singkat cerita, setelah menunggu sekian lama akhirnya waktu pengumuman lomba mapel tiba. Saya beserta semua orang yang berada di tempat tersebut tegang. Namun ketegangan tersebut terobati sudah dengan beberapa juara yang diperoleh oleh siswa saya. Saya bersyukur sekali dengan hal tersebut, mengingat hanya saya dan siswa saya yang berasal dari Kota lain, karena mayoritas peserta berasal dari Kota dan Kabupaten Mojokerto. Tidak berhenti disitu saja, ketika panitia mengumumkan sekolah mana yang menyandang juara umum, secara mengejutkan panitia menunjuk sekolah kami sebagai juara umumnya. Hal ini cukup mengejutkan semua peserta, karena selama sebelas kali lomba mapel ini dilaksanakan, tidak sekalipun gelar juara umum disandang oleh sekolah lain selain SMP Negeri 1 Mojokerto.
Sejenak saya teringat dengan kejadian pagi tadi, bahwa kesuksesan ini tidaklah semata-mata karena siswa saya yang pandai atau kerja keras kami. Namun, doa yang tuluspun memiliki andil yang sangat besar sekali. Kami percaya sekali melalui doa tulus dari seorang penjual soto dan keikhlasan dan doa dari bapak paruh baya tersebut sangatlah ampuh. Semua hal tersebut dikarenakan sebuah janji yang Allah berikan kepada kami melalui surat Al-Anam ayat 160.
No comments:
Post a Comment